tadabbur

| |

Membangkitkan Kesadaran Umat Melalui Bulan Ramadhan

Oleh: AS. Anam, Lc.

Ketika Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan, tidak ada hal yang perlu diherankan karena ibadah ritual yang berupa puasa ternyata sudah ada dan dilakukan oleh umat-umat yang terdahulu. Allah berfirman dalam surat al Baqarah ayat 183 yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.".

Umat-umat terdahulu mempuanyai bentuk-bentuk puasa yang mereka percayai bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri mereka pada Tuhan atau untuk meraih tujuan yang ingin diraih.

Dalam tradisi salah satu suku di Kongo, seorang laki-laki bila meninggal maka sang isteri yang ditinggalkan harus melakukan puasa selama tiga bulan hijriyyah dalam masa hari berkabung tersebut, mereka harus memotong rambut mereka dan menanggalkan semua pakaian mereka, mengecat tubuh mereka dengan gamping, dan selama waktu-waktu tersebut mereka harus berada di rumah dan tidak boleh berbicara.

Bangsa Mesir kuno tak ketinggalan juga punya cara sendiri dalam berpuasa, mereka meyakini bahwa puasa adalah sebuah kewajiban agama, mereka melakukan puasa untuk mendekatkan diri mereka dengan arwah orang yang telah meninggal.

Bangsa India juga melakukan puasa. Mereka sangat percaya dengan "Reinkarnasi" yaitu akan kembalinya ruh mereka kealam dunia dan menetap pada jasad orang lain, jika ruh mereka baik maka mereka akan mendapat balasan yang baik pula. Hal inilah yang membuat mereka harus mempersiapkan amalan-amalan yang baik, yang termasuk didalamnya adalah puasa. Mereka percaya bahwa dengan puasa setahun penuh dikurangi sepuluh hari mereka dapat masuk surga selama 10 ribu tahun bahkan bisa kembali inkarnasi kedunia dalam keadaan yang dimuliakan.

Orang-orang Yunani juga melakukan puasa dengan cara-cara ritual yang ditetapkan pemimpin agama mereka. Puasanya orang Romawi tak jauh dengan mereka.

Sebelum Islam datang orang-orang Arab jahiliyah telah melakukan ritual puasa, sehingga ketika Islam datang ia tidak melakukan hal yang baru melainkan meneruskan sunnah dari umat-umat yang terdahulu. Ketika Islam datang ia membawa sebuah tata cara berpuasa yang sangat sesuai dengan fitrah dan sesuai dengan misi agung Islam "Rahmatan Lil Alamin". Islam adalah agama yang realistis, ia tidak memerintahkan umatnya hal-hal yang tak bisa mereka lakukan. Dalam Islam orang yang sedang haid atau nifas dilarang berpuasa, sementara yang sakit atau bepergian diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Bahkan karena begitu sayangnya Islam terhadap umatnya ia melarang umatnya untuk melakukan puasa "Wishol" yaitu melakukan puasa berturut-turut tanpa ada hari untuk berhenti puasa.

Allah menjanjikan pahala khusus bagi orang yang berpuasa dengan menempatkan mereka nanti di akhirat di sebuah tempat khusus yang dinamakan "Ar-Rayyan".

Puasa adalah salah satu sarana yang dapat mengantarkan kita sampai pada tujuan. Itulah sebabnya dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhori, Rasulullah bersabda: "Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang mampu untuk menafkahi maka menikahlah, karena dengan nikah ia akan lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluannya, jika ia tak mampu maka berpuasalah karena bisa menjadi penawar baginya ".

Terus terang saya sangat kagum dengan ikan Salmon, sudahkan anda mendengar bagaimana perjalanan ikan Salmon kembali ke tempat kelahirannya? Allah memberikan kepada Salmon rasa rindu pada tanah kelahirannya apabila ia ingin meletakkan telurnya. Untuk mencapai tempat asalnya Salmon harus berhadapan dengan banyak rintangan, ia harus berhadapan dengan ombak lautan yang dahsyat, harus siap untuk dihadang para pemburu, atau mungkin harus takluk dihadapan burung pemakan ikan, belum lagi ia harus menempuh perjalanan 600 mil yang tak bisa dikatakan dekat. Dengan petunjuk, mereka melakukan puasa supaya mereka lebih gesit dalam melakukan gerakan serta bisa menghadapi bahaya yang menghadang mereka ditengah perjalanan tersebut. Dari cerita tersebut ternyata dengan berpuasa Salmon tetap bisa beraktifitas bahkan bisa memudahkan jalannya menuju kampung halaman.

Sebagian orang mungkin ada yang menganggap puasa akan mengganggu kesehatan, apakah benar?, orang Mesir kuno melakukan puasa tiga hari pada setiap bulannya supaya terbebas dari penyakit. Sejarawan "Herodoth" bahkan mengatakan bahwa kekuatan tubuh bangsa Mesir kuno dikarenakan puasa mereka.

Bulan Ramadhan adalah saat yang tepat bagi umat ini untuk merenungkan kembali apakah mereka telah melakukan kewajiban mereka terhadap Allah, terharap diri mereka dan sesama? Apakah mereka memahami betul hikmah dari puasa?. Semoga kita bukan termasuk orang yang disebutkan Rasulullah dalam hadits riwayat imam Ahmad "Berapa banyak orang berpuasa yang ia hanya mendapat lapar dan haus saja.". Puasa tidak hanya untuk dilakukan saja melainkan harus dijiwai dan menjadi semangat untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Puasa akan memberikan perubahan pada umat ini selama mereka melakukannya dengan ikhlas dan baik. Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang berpuasa karena iman dan keikhlasan maka akan diampuni dosanya yang telah lalu".

Sejarah membuktikan bahwa umat ini tidak akan mampu dikalahkan dalam bulan suci Ramadhan, tengoklah perang Badar bukankan ketika umat Islam saat itu yang masih sedikit mampu menggulung barisan kuffar padahal saat itu mereka sedang berpuasa. Kaum Muslimin saat itu sadar bahwa kemenangan mereka akan membuka jalan untuk kemajuan Islam, tanpa kemenangan berharga mereka dalam perang Badar tersebut tak mungkin Islam akan mampu membangun peradabannya hingga beberapa abad setelahnya. Kemenangan yang diraih tentara Mesir melawan Israel pada 6 Oktober 1973 yang bertepatan dengan 10 Ramadhan menjadi bukti bahwa puasa mengantar umat ini meraih kemenangan yang nyata.

Hanya orang-orang yang mampu memahami hikmah puasalah yang bisa menjadikan momen puasa ini menjadi pembangkit semangat umat untuk meraih masa depan umat yang lebih cerah dan gemilang.

** Kairo, 3 Ramadhan 1426

Posted by admin misykati on 4:56 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 comments for "tadabbur"

Post a Comment