analisa

| |

Mentari Di Ufuk Sinai

Oleh: M. Alek MS.


Regenerasi, begitulah orang-orang mengucapakan, Sebuah kata yang bermakna pergantian atau pembaharuan generasi, memang zaman pasti berganti dan akan selalu bergerak kedepan, dalam hal ini pergantian masa menuntut pergantian generasi, yang muda menggantikan yang tua dan yang hidup menggantikan yang mati.

Dalam tulisan ini penulis akan berusaha memaparkan serba-serbi yang menghiasi kehidupan masiko terutama dalam hal regenerasi. Patah satu tumbuh seribu begitu pepatah mengungkapakan, hal ini senada dengan kondisi kairo saaat ini khususnya mahasiswa Indonesia, dengan jumlah kelulusan kurang lebih seratus orang sedangkan kedatangan mahasiswa tahun ini mencapai 1053 mahasiswa S1 kemudian ditambah beberapa mahasiswa S2 dan pelajar ma’had yang akan belajar menuntut ilmu di berbagai universitas maupun lembaga pendidikan yang tersebar di seantero mesir. Hal ini mau tidak mau akan berpengaruh pada lingkungan kairo setidak-tidaknya berimbas pada masalah tempat tinggal.

Dalam hal ini penulis tidak mengesankan calon mahasiswa baru (camaba) 2005 sebagai biang dari permasalahan-permasalahan yang mungkin akan timbul nantinya atau tidak welcome terhadap teman-teman camaba. Alangkah arif dan bijaksananya kita kalau mampu bersikap dewasa dalam artian segala sesuatu pasti ada untung dan ruginya dan segala sesuatu pula pasti ada manfaat dan madhorotnya maka mengoptimalkan sisi postif dan meminimalisir sisi negative merupakan langkah terbaik dalam menyikapi hal ini.

Memang bukan kapasitas penulis untuk menganalisa masiko saat ini, lebih-lebih penulis hanya seorang mahsiswa tingkat dua yang notabene baru menginjakkan kakinya di bumi kinanah ini dua belas purnama silam dan belum banyak minum air nil di negeri para nabi ini, tapi perkankanlah penulis mengungkapkan sedikit uneg-uneg yang selama ini terpendam. Sesuai fakta diatas yaitu ketidakseimbangan antara mahasiswa yang masuk dan keluar kairo pada khusunya dan mesir pada umumnya mau tidak mau akan berimbas pada banyak permasalahan.

Permasalahan pertama adalah tentang perumahan atau tempat tinggal, bayangkan saja kalau nantinya mesir ini kedatangan tamu atau duta dari berbagai bangsa hitung kasar saja Indonesia seribuan, Malaysia seribu lima ratusan -penulis ambil dari sample jumlah mahasiswa tahun 2004 dan perkiraan data dari maktab tansiq al qubul- belum lagi dari berbagai negara lain seperti beberapa negara di benua afrika dan lain sebagainya, Sedangkan tempat tinggal sejenis asrama yang disediakan oleh beberapa instansi pendidikan mesir plus bantuan muhsisnin mesir tidaklah mencukupi, sehingga dalam hal ini para mahasiwa pun akhirnya harus berlomba-lomba, adu cepat dalam mencari rumah atau indekost yang tentunya strategis, dekat dengan kuliah dan mudah dijangkau dari berbagai arah serta murah hay 10 misalnya. Belum lagi kondisi ini akan diperparah jika para tuan rumah tahu akan kedatangan camaba yang membludak sehingga dengan mudah mereka akan menaikkan harga sewa bulanan seenak perut mereka bahkan yang namanya pengusiran tanpa alasan yang jelas akan mudah mereka lontarkan, ‘ithla’ barrah ya walad misalnya.

Kemudian permasalahan kedua adalah iklim atau suasana belajar yang kurang kondusif, yang dimaksudkan penulis adalah tatkala mahasiswa tinggal jauh dari tempat kuliah maka apa yang terjadi? Yang terjadi adalah kemalasan seorang mahasiswa untuk muhadloroh hal ini diperparah lagi dengan minimmnya sarana dan pra sarana transportasi yang disediakan pemerintah mesir, kemudian hilangnya suasana belajar yang yang kedua-yang penulis maksudkan-adalah hilangnya gairah mahasiswa dalam belajar bahasa baik ‘amiyah maupun fushah. Pemicu utama hal ini adalah karena minimnya kita dalam bergaul dengan warga pribumi atau teman mahasiswa dari negara lain dengan bahasa arab dan lebih banyak gaul dengan teman sedaerah yang tidak memungkinkan kita berbahasa arab. Bahkan lebih parahnya lagi bukan hanya semangat belajar bahasa arab yang muulai hilang bahkan gairah belajar muqarar pun mulai luntur.

Kemudian menginjak permasalahan yang ketiga adalah maslah pergaulan antara mahasiswa dan mahasiswi. Kurangnya control dari senior dan orangtua adalah penyebabnya betapa tidak, kalau adik kelas kita banyak maka tidak memungkinkan bagi kita untuk sekedar mengingatkan atau memberi semacam rambu-rambu pergaulan, kemudian makin banyak mahasiswa pasti akan menambah kuantitas seseorang untuk berjumpa dengan yang lain baik secara sengaja maupun yang tidak, sehingga apa yang dikatakan pepatah jawa kuno witing tresno jalaran soko kulino atau dengan apa yang biasa orang ucapkan dengan CBSA- cinta bersemi saat aktif tidak bisa dialakkan lagi. Dalam konteks ini penulis memang tidak berhak mengecam tindakan seperti itu namun alangkah baiknya kalau kita bisa mengurus diri sendiri dulu sebelum mengurus anak orang lain ya gak?.

Alangkah bijaknya kalau penulis tidak mengungkapkan sisi negative dari kedatangan camaba yang membludak saja namun juga sisi positifnya. Diantaranya adalah husnudlon kita terhadap teman-teman baru bahwa mereka belajar kesini adalah untuk belajar menuntut illmu yang hasilnya nanti akan menjadi sumbangsih mereka dalam membangaun nusa, bangsa, dan agama serta untuk mengentaskan masyarakat indonesia dari kebodohan khususnya dalam bidang keagamaan selepas mereka pulang nanti.

Kemudian sisi positif yang lain adalah semangat baru yang mereka bawa dari Indonesia, hal ini sangat bagus seandainya kita bisa mengadopsi semangat mereka untuk kita terapkan dalam kehidupan kita kedepan misalnya adalah kebiasaan bangun pagi bagi mahasiswa lama adalah sesuatu yang ghorib, maka dengan kedatangan mahasiswa baru kita jadi malu nantinya kalo senior kok memberi contoh jelek.

Kata orang, mesir adalah negeri para nabi tapi ingatkah anda bahwa anak cucu firaun pernah menghiasi peradabannya juga?, By the way seperti apa yang dikatakan ken arok kepada kendedes dalam film tak biasa “buat apa berlayar kalau takut gelombang” mungkin bisa kita jadikan sebagai salah satu jargon atau falsafah kita dalam menapaki kehidupan di kairo sebagaimana diwasiatkan ALLAH dalam kalamNya ” apakah kamu mengira akan masuk surga dengan lenggang kangkung sedangkan kamu belum diuji sebagaimana orang-orang terdahulu ditimpa malapetaka dan kesengsaraan sehingga para Rosul dan orang-orang yang beriman kapan datang pertolongan ALLAH? Ketahuilah bahwa pertolonganNya amatlah dekat” al baqarah 214. Kepada teman-teman baru ketahuilah bahwa tidak ada mawar yang tidak berduri artinya bahwa untuk mendapatkan harum semerbak mawar sudah seharusnya kita menyingkirkan duri-durinya dahulu yang tertancap pada tangkainya.

Ibarat mentari engkau sekalian masihlah berupa secerca sinar diufuk timur yang akhirnya nanti akan terbenam disebelah barat, mumpung padang rembulane mumpung jembar kalanane, mumpung kesempatan masih ada dan waktu masih panjang berusahalah semampumu, raihlah angan dan citamu, rajutlah semua impianmu, jadikanlah mentarimu bersinar menerangi dunia bisa dimanfaatkan seisi bumi, jangan biarkan mentarimu tertutup awan pekat sehingga tak lagi bisa menyinari dunia, sebelum nantinya mentarimu akan terbenam diufuk barat.

Berakit-rakit kehulu berenang-renag ketepian,bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian,demikianlah sedikit analisa tentang serba-serbi masiko sekaligus sebagai kalimat tarhib kepada camaba 2005,kurang lebihnya mohon maaf, wallahu a’lam bi ash showab.

Posted by admin misykati on 4:53 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 comments for "analisa"

Post a Comment